GERAKAN PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI MESIR MUHAMMAD ALI PASHA

 

GERAKAN PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI MESIR MUHAMMAD ALI PASHA

BAB I 

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seorang tokoh kebangkitan Islam asal Mesir adalah Muhammad Ali Pasha sering juga disebut Muhammad Ali. Meskipun Muhammad Ali adalah tokoh kebangkitan Islam di Mesir tapi Muhammad Ali kelahiran Yunani tepatnya di Kawalla pada 1765. Ayahnya adalah Ibrahim Agha seorang imigran asal turki yang tergolong keluarga tidak mampu. Muhammad Ali memiliki 17 orang bersaudara, dan ayahnya hanyalah pedagang rokok sekaligus menjadi kepala petugas jaga dikotanya saat itu. (Rizem 2017, 215)

(Abd. Mukti 2008, 26) Muhammad Ali Pasha lahir dari keluarga tidak mampu, sehingga ia tidak pernah mengenyam pendidikan formal tetapi tidak ada yang menyangka dengan latarbelakang yang seperti ini, Muhammad Ali mampu menjadi panglima dan tokoh pembaruan sekaligus pendiri negara Mesir modern. Awalnya mesir masih dalam kekuasaan Turki Utsmani Sultan Muhammad II Al Fatih 1453 M, dan pada 1829 Mesir baru lepas dari Kekuasaan Turki. Keadaan Muhammad Ali Pashaa yang demikian membuat ia menjadi seorang pemuda yang giat bekerja dan cakap, dan karena kecakapannya itulah membuat Pasya lebih dikenal bahkan disayangi oleh gubernur Ustman. Kecakapannya itu mulai muncul ketika ia berumur dewasa dan bekerja sebagai pemungut pajak. Dari kecakapan dan kesungguhannya dalam menjalankan amanat sebagai pemungut pajak, gubernur Utsmani mengambilnya sebagai seorang menantu. Setelah diambil menjadi menantu, ia ditugaskan menjadi seorang wakil perwira yang memimpin pasukan militer untuk menggempur pasukan Prancis dan berhasil.

(M. Yusran 1996, 69) Walaupun latar belakangnya tidak pernah menempuh pendidikan formal, tapi dia termasuk orang yang cerdas dan dapat mengimbangi perkembangan pendidikan, bahkan dapat menghartarkannya menjadi tokoh pembaruan dunia Islam yang menjadikan Islam bangkit pada masa itu. Ketika Muhammad Ali Pasya berhasil mengusir pasukan Napoleon sehingga pasukan Prancis meninggalkan Mesir 1801. Ia berisiatif untuk mengisi kekosongan kekuasaan yang ditinggalkan oleh Napoleon, tetapi terjadi perebutan untuk mengisi kekosongan tersebut antara lain adalah Khursyid Pasya (pimpinan kaum mamluk) yang datang dari Istanbul, Turki, yang sebelumnya kaum mamluk pergi meninggalkan Mesir karena diperangi dan dikejar- kejar oleh pasukan Napoleon dan dipihak kedua adalah Muhammad Ali Pasya.

Muhammad Ali Pasha dengan strategi politiknya, ia berhasil membuat rakyat Mesir benci terhadap kaum mamluk dan dari kebencian rakyat Mesir inilah yang dimanfaatkan oleh Muhammad Ali untuk mengambil simpati rakyat Mesir yang akhirnya membawanya menjadi penguasa Mesir. Pada 1805 M, rakyat Mesir mengangkatnya sebagai Gubernur Mesir. Sebenarnya keberhasilan Muhammad Ali menjadi pemimpin di Mesir tidaklah hanya karena politiknya tapi ia juga memiliki strategi dengan menyerang sekaligus mengepung pasukan Sultan yang dikirim kepadanya. Invasi Prancis yang juga melemahkan antara Mesir dan Utsmaniyah. Akhirnya Muhammad Ali berhasil berkuasa didaerahnya dengan memproklamirkan dirinya sebagai Pasya.

Perjuangan dan strategi kepemimpinan Muhammad Ali Pasha diawali dengan memperkokoh kekuatan militer sebagai bentuk kekuatan dibelakang jabatannya sebagai

gubernur. Jabatan gubernur digunakannya untuk memajukan pendidikan dan pengembangan Islam secara luas di Mesir, meskipun ada sekelompok masyarakat yang tidak menyukai kepemimpinan Muhammad Ali Pasha karena dianggap menganut sekulerisme dan otoriter dalam memimpin. Atas dasar latar belakang diatas peneliti akan menganalisis tentang perjuangan dan sejarah pendidikan yang dilakukan oleh Muhammad Ali Pasha. Peneliti mengambil judul GERAKAN PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI MESIR MUHAMMAD ALI PASHA (PASYA).

 

B. Rumusan Masalah

1.  Bagaimana perjalanan sejarah Muhammad Ali Pasha dalam kebangkitan Islam di Mesir ?

2.  Apakah Muhammad Ali Pasha turut berkontribusi dalam Perkembangan Islam di Mesir ?

3.  Apa yang telah dilakukan Muhammad Ali Pasha terhadap dunia pendidikan Islam di Mesir ?

BAB II 

PEMBAHASAN

A. Masa Kepemimpinan Muhammad Ali Pasha

(Rizem 2017, 215) Pemikiran pertama kali saat menjabat sebagai gubernur, Muhammad Ali Pasha (Pasya) adalah mendirikan militer bergaya Eropa sebab Pasya ingin menggunakan strategi baru untuk memastikan keberhasilan angkatan militernya. Pasya menjabat Gubernur Mesir pada masa Ottoman, antara 1805-1848. Selama menjabat sebagai gubernur itu, ia berhasil membuat sejumlah perubahan yang membawa Mesir menjadi negara kaya dengan masyarakat yang makmur. Pasya memiliki kebijakan perluasan wilayahnya bahkan mengancam Kesultanan Utsmaniyah. Meski berasal dari Albania, Muhammad Ali Pasha dikenal sebagai tokoh berpengaruh yang banyak melakukan pembaruan di Mesir dan selama menjabat sebagai gubernur, Muhammad Ali Pasha ingin Mesir terlepas dari Kesultanan Utsmaniyah dan dipimpin oleh keturunannya. Untuk bisa mencapai tujuan tersebut, maka ia menata kembali masyarakat Mesir dan membangun militer yang lebih modern. Kepimpinan Pasya menuai pro dan kontra sebab sebagian menganggap kepemimpinannya otoriter dan banyak melakukan diskriminasi beberapa kelompok, diantaranya kaum wahabi.

Muhammad Ali Pasha (Pasya) melakukan ekspansi ke wilayah Saudi Arabia Pada 1811 yaitu dengan mengirimkan pasukannya untuk memerangi Wahabi. Pasya menganggap Wahabi akan mengancam kedaulatan masa kepemimpinannya dan Pasya menganggap Turki Ustmani sebagai pelindung kota Suci Makkah dan Madinah. Kemudian pada 1822 pasukan Muhammad Ali bergabung dengan pasukan Turki Utsmani yang masing-masing menaklukan wilayah Creta dan berhasil mendudukinya. 1822 dan 1824, Muhammad Ali melanjutkan ekspansinya ke Navarino tetapi akhirnya dikalahkan oleh pasukan Prancis-Inggris-Rusia pada 1827. Setelah menerima kekalahan di Navarino Muhammad Ali pun menginstruksikan pasukannya untuk mundur dan kembali menjaga kedaulatan Mesir. (Harun 2003,27)

Muhammad Ali Pasha dalam sikapnya yang tidak mau menghiraukan nasihat- nasihat pada ‘ulama’ Mesir, dianggap sebagai bagian dari sekularisme sebab sebagai pemimpin pasya tidak mau mengikuti nasihat dan ijma’ ‘ulama tentang hukum shari’ah dalam pemerintahan. Meskipun Muhammad Ali tidak menaati dan menghiraukan fatwa atau pendapat ‘ulama’, ia malah mengikuti para ‘ulama’ dalam menerapkan konsep shari’ah, moral dan lain sebagainya dalam Pendidikan formal di Mesir. Muhammad Ali membiarkan konsep shari’ah dan moral diaplikasikan dan diimplementasikan dalam pendidikan.

 

Baca juga : Artikel Islami, Contoh Soal Mapel Lengkap, Makalah Pendidikan Islam, Makalah Ekonomi Syariah, Belajar Grammar, 16 Contoh Pola batik 

 

B. Pendidikan Militer Masa Kepemimpinan Muhammad Ali Pasha

Muhammad Ali Pasha (Pasya), saat memimpin sebagai gubernur telah menerapkan pendidikan militer karena ia percaya bahwa kekuasaannya dapat bertahan dan perlindungan dari pemberontak dengan adanya kekuatan militer. Pasya menugaskan Kolonel Steve membangun angkatan bersenjata Mesir yang modern. Selain angkatan bersenjata, Steve juga membuat angkatan Laut modern yang dilengkapi kapal perang yang diimpor dari luar negeri dengan persenjataan lengkap yang diproduksi didalam negeri. Muhammad Ali mendatangkan tenaga-tenaga militer dari Prancis dan ia membangun suatu angkatan bersenjata yang disebut Nizam-I Jedid. Muhammad Ali juga membangun sekolah perwira angkatan laut di Iskandariyah. Pasya juga menerapkan Pendidikan Teknik dan kedokteran, sekolah obat-obatan pada 1829, sekolah pertambangan pada 1834, sekolah pertanian 1836, dan sekolah penterjemahan pada 1836. (Badri 2005,150)

Muhammad Ali Pasha langsung mendatangkan guru dari Eropa untuk mengisi tenaga pengajar dalam sekolah-sekolah yang didirikannya. Pada 1822, ia juga mendirikan satu unit percetakan Bulaq yang juga salah satu titik vital dalam perkembangan produk-produk literer dan kemajuan Mesir pada saat itu. Adanya sekolah penterjemahan yang didirikan oleh Muhammad Ali Pasha, sebanyak 311 pelajar dikirim ke Eropa seperti ke Austria, Prancis, Ingris, dan Jerman yang didanai oleh pemerintah langsung. Dari 311 pelajar tersebut salah satunya adalah Rifa’ah al-Tahtawi yang belajar di Prancis dan seteah beberapa sekolah penterjemah berjalan, Pasya menunjuk Rifa’ah untuk menjadi pimpinan sekolah ini. Dalam masa kepemimpinan Rifa’ah, sekolah penterjemah berkembang lebih baik dengan menggencarkan penterjemahan buku-buku Barat, seperti buku filsafat, ilmu militer, ilmu fisika, ilmu bumi, logika, antropologi, ilmu politik dan lain sebagainya. (Raimon 2002, 20)

Pada 1829, Muhammad Ali mengesahkan undang-undang pidana pertamanya dengan tujuan untuk bisa mendapat kekuasaan yang lebih kuat lagi. Secara perlahan, ia memang mengubah sistem hukum di Mesir agar lebih bisa memegang kendali atas rakyatnya. Muhammad Ali memperbaiki peraturan alat bukti di pengadilan yang sebelumnya tidak pernah dipakai. Selain itu, ia juga menetapkan bahwa laporan autopsi dapat digunakan sebagai bukti penting dalam kasus hukum pidana di Mesir. Kebijakan barunya ini terus digunakan bahkan setelah Muhammad Ali tidak lagi menjabat sebagai Gubernur Mesir.

 

C. Faktor Pendukung Kepemimpinan Muhammad Ali Pasha

Sebelum memasuki dinas militer, Muhammad Ali Pasha menjadi pedagang rokok dan menjadi pemungut pajak. Setelah menjalankan dinas militer, ia menunjukkan kecakapan, keberanian dan kesanggupan luar biasa. Hal tersebut membuat pangkatnya cepat naik menjadi perwira. Kecakapan dan keberanian tersebut membuat ia dipercaya oleh Sultan Turki Utsmani untuk memangku jabatan panglima pasukan Albania yang dikirim ke Mesir untuk mengusir tentara pendudukan Prancis.

Dalam pertempuran yang terjadi dengan tentara Prancis, Ali Pasha menunjukkan keberanian yang luar biasa dan diangkat menjadi kolonel. Akhirnya, ia beserta pasukannya berhasil mengusir tentara pendudukan Prancis dari Mesir pada 1801 M. Pada 1805 M, rakyat Mesir memilih dan mengangkat Muhammad Ali Pasha sebagai Gubernur Mesir. Tindakan tersebut kemudian disampaikan kepada Sultan Salim III    selaku Sultan Turki Utsmani.

Pada 1807, Ali Pasha bersama rakyat Mesir berhasil mematahkan intervensi Inggris ke Mesir. Keberhasilan Ali Pasha mengambil kekuasaan di Mesir didukung oleh beberapa faktor. Pertama, Ali Pasha mendapatkan dukungan dari rakyat Mesir. Dukungan tersebut diperoleh karena rakyat Mesir menaruh rasa benci terhadap kaum Mamluk. Kebencian yang muncul sebenarnya cukup beralasan sebab saat kaum Mamluk berkuasa di Mesir, yang secara de facto sampai pada 1798 M, mereka telah melakukan pemungutan pajak dengan cara kekerasan dan bahkan seringkali disertai dengan perlakuan kasar. Selain rasa benci, hubungan antara rakyat Mesir di satu pihak dan kaum Mamluk di pihak lain juga tidak begitu akrab. Ketidakakraban tersebut disebabkan karena perbedaan bahasa yang mereka gunakan masing-masing. Kedua, pasukan yang dipimpin oleh Ali Pasha terdiri atas orang-orang Albania, bukan orang- orang Turki yang memiliki disiplin dan ketaatan yang tinggi serta mendapat latihan yang baik dari seorang kolonel tentara Prancis yang masuk Islam. Ia kemudian diberi nama Sulaiman Pasya al-Paransawy yang bertindak sebagai pelatih dan mengorganisir pasukan secara modern. Hal ini terbukti karena mereka telah mampu memukul mundur Turki Utsmani yang ingin menguasai kembali Mesir setelah tentara Prancis pergi. Ketiga, adanya kedua kelompok yang saling bertikai yang kaum Mamluk dan Turki Utsmani yang berada pada posisi lemah baik secara politik atau militer.Hal ini terbukti sebab mudahnya ekspedisi Napoleon yang merebut kekuasaan di daerah itu. Kisah ini adalah sebagaimana apa yang tergambar dari perjalanan perang di Mesir.

 

D. Perkembangan Pendidikan di Mesir

(Fauzi, 2017) Perkembangan pendidikan saat Muhammad Ali berkuasa sangat pesat terbukti dengan banyaknya didirikan sekolah-sekolah. Salah satu sekolah yang didirikan oleh Muhammad Ali Pasha adalah sekolah kedokteran untuk perempuan. Sekolah ini didirikan pada 1832, dengan tujuan untuk menghasilkan dokter-dokter perempuan, yang nantinya dapat merawat perempuan dan anak-anak. Bagi para perempuan yang mengikuti sekolah ini, mereka mendapat pelatihan selama dua pertama. Pelatihan yang didapat berupa kebidanan, perawatan sebelum dan sesudah melahirkan, membalut luka, kauterisasi, vaksinasi, skarifikasi, bekam dan obat-obatan. Selama menjalani proses pelatihan, para siswa disediakan tempat tinggal, makanan, dan tunjangan bulanan dari negara. Selain sekolah kedokteran untuk perempuan, Muhammad Ali Pasha juga mendirikan sekolah militer, sekolah teknik, sekolah ketabiban, dan sekolah penerjemahan. Ia juga diketahui mengirimkan sekitar 300 pelajar Mesir ke Eropa, terutama Paris, untuk menempuh pendidikan.

Muhammad Ali Pasha juga membentuk Kementerian Pendidikan yang belum pernah ada pada masa pemerintahan sebelumnya. Ia sangat menaruh perhatian yang besar terhadap perkembangan pendidikan, sehingga memasukkan FISIKA ke dalam kurikulum selain mata pelajaran umum lainnya, seperti akhlaq, aqidah, fiqih, Alquran dan Hadist, tarikh, dan lain-lain. Muhammad Ali Pasya juga mendirikan sekolah- sekolah seperti : Sekolah Militer pada 1815 M, Sekolah Teknik pada 1816 M, Sekolah Kedokteran pada 1827 M, Sekolah Pertanian dan Apoteker pada 1829 M, Sekolah Pertambangan pada 1834 M, Sekolah Penerjemah pada 1839 M.

BAB III  

PENUTUP

 

Penelitian ini dibuat untuk menganalisis fakta sejarah tentang perjuangan Muhammad Ali Pasha dalam pengembangan Islam dan Pendidikan di Mesir. peneliti menggunakan pendekatan penelitian sejarah, yaitu pendekatan historis, sosiologi, dan, agama. Penelitian ini menyimpulkan bahwa: 1) Muhammad Ali Pasha adalah seorang keturunan Turki dan seorang tokoh pembaharu dan berperang penting dalam pengembangan Islam dan pendidikan di Mesir. Muhammad Ali buta huruf karena ia tidak memperoleh kesempatan untuk menempuh ilmu pendidikan sehingga ia tidak pandai menulis dan membaca. Muhammad Ali sebelum dinas sebagai seorang militer, ia menjadi seorang pedagang rokok kemudian menjadi pemungut pajak. Pada tahun 1801 M, Muhammad Ali berhasil mengusir tentara Prancis dari Mesir. Akhirnya tahun 1805 M, rakyat Mesir memilih dan mengangkat Muhammad Ali sebagai Gubernur Mesir. 2) Muhammad Ali melakukan usaha-usaha dalam bidang pendidikan, ekonomi, dan militer. Beliau mendirikan Lembaga Kementrian Pendidikan, memperbaiki irigasi lama dan membuat irigasi baru, serta dalam bidang militer Muhammad Ali mendirikan sebuah sekolah Militer di Kairo. 3) Kelahiran negara Mesir modern tidak bisa dilepaskan dari Muhammad Ali Pasya. Ia dikenal sebagai pembawa obor pencerahan karena melakukan modernisasi hampir di berbagai sektor kehidupan. Selain itu, Muhammad Ali Pasya membawa pengaruh yang besar dalam menjadikan Mesir sebagai negara modern dan memajukan pendidikan di Universitas al-Azhar. Implikasi dari penelitian ini adalah penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian dan diskusi akademik, dapat mengetahui peran dan pembaharuan Muhammad Ali Pasha dalam perkembangan Islam di Mesir, serta dapat lebih jauh mengenal sosok tokoh pembaharu Islam yakni Muhammad Ali Pasha sehingga dapat mengambil suatu pelajaran

 

DAFTAR PUSTAKA

Rizem Aizid, Para Pelopor Kebangkitan Islam (Diva Press, 2017) hlm. 215

Abd. Mukti, Pembaharuan Lembaga Pendidikan di Mesir (Bandung : Citapustaka Media Perintis, 2008) hlm. 26

M. Yusran Asmuni, Pengantar Studi Pemikiran & Gerakan Pembahruan Dalam Dunia Islam, (Jakarta : Rajawali Press, 1996) hlm. 69.

https://www.kompas.com/stori/read/2022/01/07/153000779/muhammad-ali-pasha- peletak-dasar-mesir-modern?page=all.

Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2003), 27

Badri Yatim, ”Ali Pasya, Muhammad”, Ensiklopedi Islam, Vol. 1, Ed. Abdul Aziz Dahlan (Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, 2005), 150

Ris’an Rusli, Pembaharuan Pemikiran Modern dalam Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013), 43

Fauzi, Muhammad. (2017). Tokoh-Tokoh Pembaharu Pendidikan Islam di Mesir. Jurnal Tarbiyah. Vol 24. No 2. Juli-Desember 2017

Nasution, Harun. (2003). Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan.

Jakarta: PT Bulan Bintang

Ahmad Tafsir, “Pemikiran dan Peradaban”, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Ed. Taufik Abdullah dkk., Vol. 4 (Jakarta: PT. Ichtiar Baru van Houve, 2005), 397

Badri Yatim, ”Ali Pasya, Muhammad”, 151

John L. Esposito, Islam dan Pembangunan, terj. Sahat Simamora (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1992), 97

Posting Komentar

0 Komentar